Langsung ke konten utama

RASM USTMANI BAGIAN 2

 


Bismillah…

Telah kita ketahui bersama bahwa al-Qur’an memiliki sejarah yang sangat Panjang baik dari segi bacaan (qiraat) nya, Penulisan (rasm) nya, dan juga pemahaman (tafsir) nya  yang berkembang dari masa kemasa tidak membuat kitab suci al-Qur’an diragukan lagi dari segi keotentikan nya berkat penjagaan yang dijaga langsung oleh Allah Swt, sebagai mana didalam al-Qur’an sendiri dikatakan hal yang demikian, baca: QS. Al-Hijr 9. Penjagaan ini merupakan bagian dari kemukjizatan al-Qur’an itu sendiri.

Pada tulisan yang lalu penulis telah memaparkan sejarah penulisan dan dabt al-Qur’an secara ringkas dalam beberapa fase, pada tulisan kali ini penulis akan menguraikan secara rinci mengenai sejarah penulisan al-Qur’an tersebut.


literasi masyarakat arab


Cukup masyhur kita ketahui bersama bahwa bangsa arab terdahu tidaklah mengetahui tulis menulis, baca: Ummi.  Hal ini disebabkan kemampuan yang Allah berikan kepada mereka cukup kuat untuk menghafalkan dan memahami apa-apa yang mereka dengarkan dan yang mereka lihat, namun diantara mereka ada juga yang fasih dalam tulis menulis bisa jadi karena kemampuan hafalan dan pemahaman yang mereka miliki tidak sebanding dengan masyarakat arab saat itu dalam mengingat sebuah informasi sehingga mengharuskan mereka dalam mempelajari hal-hal yang memiliki sangkut paut dengan tulis menulis. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa ke ummi-an orang-orang arab saat itu bukan lah sebuah kekurangan sebagaimana yang sering dinisbatkan kepada Rasulullah saw, jika enggan berkata orang-orang yang menulis itulah yang dianggap sebagai kekurangan dalam kemampuan nya menghafal dan memahami sebuah literasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa nuskhah mushaf yang ditulis oleh para sahabat beberapa diantara nya mereka tidak menulis secara lengkap mushaf mereka sebagaimana yang mereka bacakan kepada Rasulullah Saw seperti pada mushaf sahabat yang tidak menulis beberapa surah sebab kemasyhuran nya dan sering dibacakan dalam shalat sehingga mereka mencukupkan diri dengan menghafalkan nya saja. 


    Namun seiring perkembangan literasi masyarakat arab saat itu dan melihat manfaat yang besar bagi kemaslahatan pada generasi setelah mereka, mereka pun mulai mempelajari tulis menulis sebagai bentuk media perekaman berbagai informasi yang dituangkan dalam sebuah tulisan dan juga sebagai bentuk media informasi yang kemudian disebarkan ke berbagai penjuru.


    Dan juga pada beberapa Riwayat dikatakan bahwa Rasulullah Saw memerintahkan penulisan mushaf dan melarang menulis sesuatu selain nya, sebagai mana dalam hadist imam Muslim “jangan lah kalian menulis dariku selain al-Qur’an, dan barangn siapa yang telah menulis dariku selain al-Qur’an maka hendaklah menghapus nya”. Pada masa ini al-Qur’an pun mulai ditulis sebagai bentuk penjagaan keotentikan nya, hal lain yang juga menjadi pertimbangan penulisan ini adalah karena hafalan yang tidak tertuang dalam bentuk tulisan bisa jadi hilang baik karena meninggal nya para huffadz ataupun lupa.

 

Rujukan dasar penulisan al-Qur’an dengan Rasm Ustmani


Pembahasan seputar pengertian rasm usmani telah usai penulis uraikan pada tulisan yang lalu, baca:disiniAda beberpa hal yang menjadi rujukan utama dalam penulisan rasm ustmani. 


Pertama,  penulisan al-Qur’an dengan rasm usmani bukan lah penulisan yang ditulis tanpa adanya rujukan atau panduan penulisan karena hal ini dapat menghilangkan salah satu bentuk kemukjizatan al-Qur’an dari segi rasm nya, sehingga rujukan pertama yang dijadikan sebagai panduan penulisan adalah menyalin kembali penulisan pada masa-masa sebelum nya. 

 

Kedua, penulisan al-Qur’an dari zaman khalifah Usmaniyah telah rampung hingga masuk pada fase dinasti Umayyah dan Abbasiah dimana penulisan al-Qur’an diberi tanda berupa harakat dan titik, baca: Rasm Ustmani bagian 1Hal ini merupakan ijtihad para ulama saat itu agar lebih memudahkan dalam membaca dan mengkaji al-Qur’an terlebih pada kalangan non Arab. Sehingga yang menjadi tolak ukur dalam penulisan ini adalah murni riwayat dari para sahabat dan tabi’ tabiin dalam penulisan rasm usmani, sehingga penambahan berupa harakat dan titik tersebut tidak memberikan pengaruh terhadap keotentikan rasm ustmani. Diantara Riwayat penulisan rasm tersebut diambil dari para imam dan ahlulqurra Madinah, Mekkah, Syam, Kufah, Dan juga Basrah.  

 

Beberapa faidah penyandaran penulisan dengan Rasm ustmani


- memudahkan dalam memahami aujuh qiraat bacaan al-Qur’an 

- menguatkan bahwa penulisan al-Qur’an bersumber dari Riwayat yang tersambung kepada Rasulullah Saw

- menyatukan ummat islam dalam menetapkan kaidah penulisan rasm ustmani, sehingga penulisan yang menyalahi kaidah rasm usmani menghilangkan hukum ke Qur’an an nya. 

 

Wallahu ‘alam

 

Darrasah, 13 juli 2021

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

apa itu qiraah asyarah sugra dan kubra?

Bismillah...      Pada masa kekhalifaan Usman bin Affan periwayatan al-Qur’an dengan berbagai ragam bacaan nya telah menemukan titik terang nya pasca ditetapkan nya tiga kaidah baku yang telah ditetapkan oleh khalifah dan para tim penulis wahyu, terlebih saat beliau kembali memerintahkan para ulama delegasi beliau diutus kembali ke amsar,  baca: tujuh kota pusat perkembangan islam.   Ditangan para delegasi inilah kemudian lahirlah para imam qiraat sepuluh yang sampai pada kita hari ini, dimana dari kesepuluh imam tersebut terdapat dua murid yang masyhur dikalangan para ahlulqurra pada masa itu yang kemudian meriwayatkan dan kemudian memberikan kaidah bacaan yang mereka dapatkan dari gurunya, diantara mereka ada yang berguru secara langsung dan juga diantara mereka ada yang berguru melalui perantara, inilah yang disebut dengan periwayatan   bil washitah.  Penetapan para perawi ini berdasarkan kredibilitas dan juga kemasyhuran para perawi nya, sehigga ji...

Nuzulu al-Qur'an Part 1 (Pengertian dan Tahapan nya)

Bismillaah… Tak terasa bulan Ramadhan telah memasuki separuh akhir dari perjalanan nya, bulan yang didalam nya penuh dengan keberkahan yang melimpah, bulan yang didalam nya diampuni segala dosa, dan juga bulan Dimana al-Qur’an kali pertama diturunkan ke  bait al-Izza , yang dari  peristiwa monumental ini juga yang menandai awal dari wahyu yang diterima oleh baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai bukti kenabian, dan juga sebagai dalil bahwa al-Qur’an bukan lah karangan malaikat Jibril ataupun Nabi SAW.  Dan pengetahuan tentang nuzul al-Qur’an merupakan asas dalam keimanan kita terhadap al-Qur’an. Namun bagaimana peristiwa Nuzul al-Qur’an tersebut terjadi? Dan apa kaitan nya dengan malam laila al-Qadr? Berikut Ulasan nya. Nuzul al-Qur’an Pengertian Dalam banyak kitab lughah, Lafadz  نزل   dalam konteks Nuzul al-Qur’an mengarah pada makna turun nya sesuatu dari atas ke bawah, akan tetapi pemaknaan ini tidak sesuai dengan eksistensi al-Qur’an se...

Al-Qur'an dan Lahjah Arab Part 1

  Bismillah.      Dalam khazanah keilmuan Islam, Al-Qur'an bukan hanya sekadar kitab suci yang menjadi pedoman hidup umat Muslim, melainkan juga sebuah karya sastra yang kaya akan keindahan bahasa dan variasi bacaan. Qiraat Al-Qur'an, yang merujuk pada cara-cara membaca Al-Qur'an, memiliki kedalaman dan keragaman yang mencerminkan kekayaan budaya Arab yang berakar sejak zaman Nabi Rasulullah SAW. Setiap qiraat memiliki ciri khasnya tersendiri, yang tidak hanya mempengaruhi pelafalan, tetapi juga makna yang terkandung dalam suatu ayat. Maka dari itu, penting untuk memahami bahwa lahjah Arab—variasi dialek dan aksen yang ada di dunia Arab—berperan signifikan dalam pengembangan dan penyebaran qiraat.       Perkembangan lahjah Arab tidak terlepas dari faktor sejarah dan interaksi antarbudaya. Perdagangan, migrasi, dan penaklukan telah banyak membawa pengaruh dari berbagai suku dan bangsa, yang kemudian memperkaya kosakata dan pengucapan dalam bah...